Posted in Foodie

Hot Noodle Challenge

Ngomongin soal ramyun instan super pedas, yg terbersit di kepala kemungkinan besar adalah mie yg sempat dipopulerkan berkat “Fire Noodle Challenge”-nya itu. Tapi kemudian aku bertanya-tanya, masa iya hanya Samyang Spicy Fried Chicken Noodle yg luar biasa pedas dan bisa dijadikan tantangan untuk dihabiskan? Dan usut punya usut ternyata banyak artikel yg bahkan tidak menganugerahkan gelar mie instan terpedas (khusus asal Korea maupun sedunia) kepada mie yg satu ini.

Penasaran, aku memutuskan untuk berburu mereka yg berhasil masuk urutan atas di daftar-daftar hasil googling tersebut dan berhasil menemukan dan mencoba satu~dua di antaranya. Postinganku mengenai Samyang Hot Chicken Ramen dilihat ratusan kali setiap harinya, jadi aku rasa banyak yg akan tertarik dengan ulasan ‘tandingan’ ini. Yang kuberi nama “Hot Noodle Challenge” karena tingkat ketahanan akan rasa pedas setiap orang kan beda-beda dan karena kebanyakan mie yg kuulas di sini tipe berkuah. Kalau kamu pengen tau apakah aku berhasil menemukan mie yg lebih pedas dari Samyang, baca terus sampai akhir ya!

DSC_1382b

Nissin – Extra Hot Gekikara Ramen

Seperti bisa diketahui dari namanya, Gekikara Ramen adalah mie instan asal Jepang buatan Nissin Foods. Sejauh ini aku lebih mengasosiasikan kata pedas ke makanan negeri ginseng daripada negeri sakura, tapi cap “Extra Hot” di kemasannya menarik perhatian. Ditambah lagi ukuran yg setara dengan ramyun instan Korea lainnya (120 gram) namun dengan harga yg hanya setengahnya (tidak sampai 5 ribu rupiah), siapa yg ga kalap coba?

Dari segi rasa sih ga beda jauh sama kuah ramyun Nongshim (di lidah rasanya mirip-mirip semua deh, walau variannya lain-lain): asin, pedas, gurih. Soal tingkat kepedasan, menurutku ini ga masuk hitungan. Anehnya, rasa pedas kuahnya baru terasa ketika sampai di kerongkongan dan di kemudian turun ke perut. Yang membedakan adalah warna mie yg lebih gelap dan tekstur yg tidak terlalu kenyal atau mudah mekar. Tergantung selera sih; aku lebih suka tipe mie yg sedikit ngelawan waktu dikunyah (bukan alot ya), tapi dari segi porsi, rasa, dan terutama harga sih Gekikara ini susah dikalahin.

DSC_1392 DSC_1343

Paldo – Teumsae Ramyun

Varian ramyun yg satu ini banyak masuk jajaran atas ranking mie terpedas, seringkali berada tepat di bawah/atas Samyang, makanya ekspektasiku cukup tinggi. Sayang, tingkat pedasnya jauh panggang dari api — ga jauh beda dari ramyun Korea umumnya, meski lebih menyengat dibanding Gekikara.

Jujur lumayan bingung sih kenapa kepedasannya cuma segini (sedang), padahal level SHU-nya (Scoville Heat Units) katanya hampir 2x Samyang (8557 vs 4404). Kebanyakan air rebusan apa? Harusnya sih engga, karena aku yg biasanya cuma asal tambahin air aja berhubung kuahnya jarang kuminum habis sengaja ngukur supaya jumlahnya kira-kira 500 ml untuk tes ini, sesuai instruksi yg tertera di belakang kemasan. Dari segi kepedasan jelas kecewa tapi dari segi tekstur aku suka — mengkilap, ga lengket, dan pastinya kenyal. Harga aku lupa persisnya berapa, sekitar 12~14 ribuan.

DSC_1381 DSC_1383

Ottogi – Yeul Ramen

Ramyun yg satu ini memang tidak masuk dalam ranking-ranking yg kubaca, tapi kemasannya cukup mengundang — hangul “Yeul”* yg besar dan membara. Warna kuahnya ga sepekat Teumsae, tekstur mie sebelas dua belas, tapi rasanya ga diduga-duga jauh lebih nendang. Pedasnya mantap! Baru beberapa seruput, keringat mulai bermunculan. Perlu dicatat bahwa kondisi kuah yg panas bisa jadi mempengaruhi tingkat kepedasan yg dirasakan lidah, dan aku udah coba untuk tunggu sampai kuahnya mendingin sedikit… teteeep ajah ini kuah ramyun terpedas yg pernah kucoba. Harga juga sedikit lebih murah, sekitar 11 ribu per bungkus.

*) Yeul berarti panas.

DSC_1396 DSC_1397

Kesimpulan: apa ada yg menyaingi Samyang? Jawabannya sejauh ini belum ada.

Teoriku sih gampang: mie-mie di atas berkuah, sedang Samyang kering. Meskipun kita udah ngukur jumlah awal air sampai akurat banget, besarnya api dan lamanya perebusan berpengaruh ke jumlah akhir air (kecuali ganti air baru). Bumbu yg ada jatuhnya larut di kuahnya, mie-nya sendiri hampir bebas rasa. Sedangkan untuk mie goreng, semuanya bumbu terserap ke dalam mie-nya, otomatis akan terasa lebih pedas.

Makanya, ketika kemarin mampir ke Ranch Market (kebanyakan semua produk di sini kudapat dari sana) ngeliat kalau Gekikara Ramen ada yg bungkus hitam versi Ramen Goreng, aku segera ambil beberapa. Berdasarkan teori di atas sih harusnya dia akan lebih pedas dari yg bungkus merah, ditambah lagi rentetan bumbu yg lebih ‘lengkap’ — selain bumbu bubuk yg berwarna kecoklatan dan bubuk cabai, terdapat pula minyak cabai bercampur kecap manis. Dari segi warna dan aroma sih bikin ngiler, tapi ternyata… ga pedas saudara-saudara! Dibilang ga pedas sama sekali jelas engga, tapi ini ga masuk kategori pedas sedangku. Karena kering, mie-nya jadi sedikit lengket meski kayaknya lebih kenyal dari si merah.

Harganya sedikit di atas si merah (Rp.6.200,-) tapi aku pribadi lebih suka si hitam. Satu hal yg menarik adalah disediakannya dua cara masak — ala Indonesia yg menggunakan panci dan ala Jepang dengan wajan.

DSC_1462 DSC_1465

Jadi, perburuanku mencari mie instan pembakar lidah selain Samyang belum berakhir. Namun dari percobaan di atas, bisa disimpulkan bahwa apapun merek dan jenisnya, rasanya ga akan beda jauh. Tinggal disesuaikan dengan mood, budget, serta ketersediaan barang.

Ramyun lain yg masuk jajaran mie terpedas antara lain Nongshim Shin Ramyun Black dan Paldo Namja Ramen, keduanya pernah kulihat di supermarket, sayang harga yg pertama kurang normal (yg kedua seingetku masih dalam batas wajar). Namun yg paling bikin penasaran tentunya nama yg banyak merajai ranking mie terpedas sedunia, yakni emart Dare You! Habanero Ramyun yg berada di level 5930 SHU. Nah, aku belum pernah ketemu yg satu ini di toko offline, sedangkan harga di toko online satu paketnya (isi lima?) hampir seratus ribu! Ngeluarin selembar uang merah muda hanya untuk mie instan sih kelewat mahal ya buatku, so no for now. Kecuali ada yg baik hati mau beliin, hahaha…

Ada rekomendasi mie instan yg menantang lidah tapi juga nyaman di kantong?

Author:

I blog sometimes, gush ofttimes, snark all the time.

One thought on “Hot Noodle Challenge

Leave a reply to dhonnies Cancel reply